Tulisan ini sebagai self reminder saya sendiri juga.Mengekspresikan rasa syukur adalah aspek mendasar dari interaksi manusia, yang mencerminkan penghargaan, pengakuan, dan kerendahan hati.
Di tengah kehidupan kita yang serba cepat, di tengah hiruk pikuk, dan kesibukan kita sehari-hari, sering kali kita lupa akan arti penting ucapan "terima kasih" yang sederhana. Namun, kedua kata ini membawa kekuatan yang sangat besar, memupuk niat baik, mempererat hubungan, dan membangkitkan semangat.
Baca juga: Mengikuti Asian Credit Union Forum di Sri Lanka 2017
Mengucapkan Terima Kasih bukan sekadar basa-basi; itu adalah pengakuan atas kebaikan, upaya, atau dukungan yang diberikan oleh orang lain. Baik itu bantuan kecil, tindakan bijaksana, atau tindakan kemurahan hati yang signifikan, mengenali dan menghargainya melalui rasa syukur akan memperkaya baik pemberi maupun penerimanya.
Rasa syukur memupuk budaya kebaikan dan timbal balik, mendorong individu untuk memberikan kontribusi dan menyebarkan hal-hal positif. Hal ini menumbuhkan rasa memiliki dan koneksi, memupuk ikatan yang lebih kuat dalam keluarga, komunitas, dan tempat kerja. Selain itu, mengungkapkan rasa syukur meningkatkan kesejahteraan emosional, mengurangi stres, meningkatkan empati, dan memupuk ketahanan.
Baca juga: Review Buku: "Ketika Orang Kecil Takut ke Bank"
Di dunia yang sering kali penuh dengan tantangan dan ketidakpastian, ungkapan rasa syukur yang tulus dapat menjadi pancaran harapan dan optimisme. Hal ini mengingatkan kita akan kebaikan yang ada dalam umat manusia dan mendorong kita untuk fokus pada hal yang benar-benar penting—hubungan yang kita bangun dan momen yang kita bagikan.
Jadi, di tengah kesibukan kita sehari-hari, mari kita berhenti sejenak, merenung, dan mengingat: jangan lupa ucapkan terima kasih. Entah itu pengakuan yang dibisikkan atau ungkapan yang tulus, mari rangkul kekuatan rasa syukur dan jadikan hal itu sebagai landasan interaksi kita, memperkaya hidup kita dan kehidupan orang-orang di sekitar kita. (Budi Assa)
0 Komentar